Seorang Siswa Mts Alami Luka Bakar Ketika Atraksi Gerak Jalan di Kecamatan Pringgasela
Penulis:Buati Sarmi
Editor: Mustaan Suardi
Lombok Timur – Ditaswara.com. Seorang siswa berinisial J (14) utusan sekolah Mts Negeri 2 Lombok Timur alami luka bakar ketika melakukan atraksi menyemburkan api menggunakan bensin dalam gerak jalan tingkat SMP/Mts sederajat tingkat Kecamatan Pringgasela Lombok Timur, pada Jum’at sore (9/8).
Kejadian nahas tersebut mengakibatkan korban mengalami luka bakar pada bagian muka dan leher.
Menanggapi hal itu, Ketua panitia penyelenggara lomba gerak jalan tingkat Kecamatan Pringgasela, H. Zulkarnaen mengatakan bahwa pleton barisan yang beranggotakan korban ini sebelumnya sempat dilarang pihak sekolah melakukan atraksi membahayakan sesuai petunjuk teknis yang dikeluarkan panitia lomba.
”Dari musyawarah pihak sekolah dan keluarga korban diketahui bahwa sekolah dengan tegas melarang adanya atraksi tersebut hingga korban sempat mogok dan tidak mau mengikuti lomba gerak jalan ini,” ucapnya saat dikonfirmasi media ini via telepon, pada Sabtu (10/8).
Disebutnya pihak sekolah dengan tegas tidak akan mengikuti lomba jika siswa melakukan atraksi demikian. Namun tak kehabisan akal, anggota regu baris berbaris itu bersama korban melanjutkan latihan seperti biasa hingga hari H atraksi tersebut dilakukan diluar pengetahuan dan kontrol pihak sekolah.
Sementara dari pengakuan orangtua, korban mengakui bahwa bensin itu perintah dari guru, kendati sejak awal telah dilarangnya.
”siswa ini juga dari rumah dapat mengelabuhi orangtuanya bahwa membawa bensin seolah olah perintah guru, meski pada dasarnya orang tua juga sudah melarang,” terangnya.
Berdasarkan tanggungjawab moral gerakan panitia ini dilakukan guna tidak ada kesalahpahaman komunikasi antara pihak sekolah dan orangtua korban. ”Alhamdulillah kedua pihak saling memahami dengan penuh rasa saling mengerti keadaan masing-masing,” katanya.
Dikatakan lebih jauh, kejadian itu sangat cepat dan sesaat. Pihaknya pun percaya pada peserta berdasarkan meeting dengan para pembina sebelum lomba dilaksanakan.
”Dari kejadian ini sepatunya menjadi pelajaran untuk kita semua para bapak Ibu guru dalam upaya menanam rasa cinta tanah air tanpa harus melupakan etika ketaatan pada kedua orang tua dan guru kita sebagai pelajar,” demikiannya. (ds1)