Geopark Rinjani Bekali Pokdarwis Gumantar Agar Siap Jadi Desa Wisata
Lombok Utara.Ditaswara.com.Desa Gumantar terus berbenah menjadi desa wisata budaya. Salah satu potensinya adalah, kampung tradisional Desa Beleq yang masih terjaga hingga saat ini. Sebagai upaya menyiapkan diri menjadi desa wisata budaya, para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Jagaraganta membekali diri dengan keterampilan menjadi pemandu wisata.
“Selama ini kami otodidak, Alhamdulillah sekarang kami tahu langkah-langkah menjadi pemandu,’’ kata salah seorang anggota Pokdarwis Jagaraganta, Sirawan.
Sirawan adalah satu diantara peserta pelatihan dan workshop pengembangan wisata budaya berbasis geowisata yang diselenggarakan Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark pada 27-29 Agustus 2021. Bersama puluhan pemuda dan pegiat wisata lainnya, mereka dibekali dengan keterampilan dasar kepemanduan dan pengetahuan dasar tentang geowisata.
“Banyak ilmu baru kami dapatkan di pelatihan ini, terutama tentang sejarah Lombok dari sisi geologinya,’’ kata Sirawawan.
Selain pengetahuan tentang kepemanduan dan geowisata, peserta dilatih menyusun paket wisata, menyusun itenary. Peserta juga menyusun kebutuhan-kebutuhan pengembangan desa wisata, menyusun perencanaan lima tahun. Dengan menyusun rencana kerja tersebut, diharapkan Pokdarwis Jagaraganta memiliki panduan dalam mengembangkan desa mereka hingga lima tahun ke depan.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Geopark Rinjani yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Semoga ada pelatihan selanjutnya seperti yang kami susun dalam program,’’ kata Sirawan.
Ketua panitia pelatihan dan workshop Fathul Rakhman mengatakan, pelatihan ini ditujukan kepada Pokdarwis Desa Gumantar. Pokdarwis ini adalah salah satu mitra Geopark Rinjani, yang sekaligus menjadi kelompok kerja (Pokja). Dalam pengembangan kegiatan di geosite-geosite, Geopark Rinjani selalu bekerjasama dengan kelompok masyarakat yang sudah ada.
“Jika sudah ada kelompok di suatu geosite, kami bemitra dengan mereka. Bukan membuat kelompok-kelompok baru,’’ kata Manajer Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Peran Perempuan Geopark Rinjani ini.
Selain melatih anggota Pokdarwis di Desa Gumantar, Geopark Rinjani juga memberikan kesempatan kepada pegiat wisata dan mahasiswa pariwisata. Dalam pelatihan di Gumantar diikuti juga oleh mahasiswa Politeknik Pariwisata Lombok, Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram, dan mahasiswa jurusan Pariwisata Syariah UIN Mataram.
“Biar teman-teman mahasiswa mengenal potensi wisata budaya di Lombok Utara,’’ kata Fathul.
Dalam pelatihan dan workshop ini, Geopark Rinjani berkolaborasi dengan para pegiat wisata dan akademisi. Sebagai fasilitator dalam kegiatan ini adalah Surayyal Hizmi (Poltekpar Lombok), Muhammad Yusuf (Profesional guide), Juraedah Dwi Anggraeni (IAGI NTB), Meliawati dan Yuniar Pratiwi (Geopark Rinjani), tim dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Di sesi praktik ke lapangan, peserta juga dilatih oleh Surya Fira Yama, seorang outdoor enthusiast untuk teknik rappelling (turun tebing). Dalam perencanaan Geopark Rinjani, kegiatan susur sungai yang digabung dengan rappelling adalah salah satu potensi wisata Desa Gumantar.
“Kami juga dapat masukan dari Mas Surya terkait beberapa kebutuhan yang harus disiapkan jika ingin mengembangkan potensi susur sungai dipadu rappelling itu,’’ katanya.
Manajer Konservasi Mitigasi dan Perubahan Iklim Geopark Rinjani, Yuniar Pratiwi mengatakan dalam pelatihan dan workshop ini peserta juga dilatih untuk intepretasi. Mengaitkan kekayaan budaya Gumantar dengan peristiwa alam. Desa Gumantar sendiri, khususnya di kampung tradisional Desa Beleq termasuk salah satu contoh desa tangguh bencana. Stuktur rumah mereka tahan gempa tahun 2018.
“Ini adalah warisan nenek moyang kita yang perlu kita pelajari. Mereka memberikan pengetahun bagaimana kita beradaptasi dengan bencana alam,’’ kata Yuniar.
Begitu juga sistem lumbung pangan di Gumantar adalah praktik ketahanan pangan. Terbukti di masa gempa dan pandemi covid-19, masyarakat Desa Beleq tidak kekurangan bahan pangan. Mereka memiliki cadangan pangan hingga satu tahun.
“Yang menarik, jenis padi yang ditanam adalah varietas lokal yang sudah jarang kita temukan. Masyarakat Gumantar secara tidak langsung melakukan konservasi terhadap kekayaan benih kita,’’ kata Yuniar.
Selain kegiatan pelatihan dan workshop ini, tim Geopark Rinjani juga meninjau lokasi sisa gempa di perbatasan Desa Gumantar dengan Desa Selengen. Salah satu perkampungan longsor akibat gempa yang kemudian disusul terkikis air sungai. Beberapa rumah warga berada di zona merah, dan harus cepat dicarikan solusi.
“Selama September hingga Oktober kami menyiapkan program terkait dengan pengurangan risiko bencana,’’ kata Yuniar. (red).