Berita

Sarjono : HIV AIDS LAKSANA FENOMENA GUNUNG ES

-

 

LOMBOK UTARA.Ditaswara.com.Berlangsung di Balai Desa Sambik Bangkol (Samba) Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara (KLU) melalui Unit Pelaksana Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD) Puskesmas Gangga melaksanakan Sosialisasi HIV/AIDS tingkat desa guna mencegah penyakit masyarakat, Rabu (23/6).

Sosialisasi diikuti oleh 25 peserta terdiri dari perwakilan setiap dusun, perangkat desa dan perangkat kewilayahan, dan para kader desa, dibuka Penjabat (Pj) Kepala Desa Samba, Sarjono, S.I.Kom, menghadirkan narasumber dari Bidang Penyakit Menular Dinas Kesehatan KLU.

Membuka kegiatan Pj Kades Sarjono mengatakan Pemerintah Desa Samba menyampaikan selamat datang di bumi Tetu Gati kepada petugas kesehatan dari Puskesmas Gangga seraya menyambut baik serta mengapresiasi sosialisasi yang diselenggarakan tersebut.

“Tentu kegiatan ini penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita terkait HIV/AIDS berikut bagaimana strategi dan langkah-langkah praktis pencegahan kepada peserta maupun masyarakat secara umum agar kita bisa mengetahui utuh dan menyeluruh dampak buruk penyakit paling berbahaya ini,” imbuhnya.

Menurutnya, bahaya HIV/AIDS harus menjadi musuh bersama (common enemy) semua pihak. Upaya untuk mencegah penyebaran dan penularannya membutuhkan kerjasama dan sinergi semua lini.

“Kegiatan sosialisasi ini salah satu bentuk perhatian dan kepedulian BLUD Puskesmas Gangga dalam menyelamatkan masyarakat dan generasi kita dari bahaya penyakit mematikan ini,” ujarnya.

Dikatakan Sarjono, mengacu pada sejumlah referensi medis, penyebaran kasus HIV/AIDS laksana fenomena gunung es, hanya sedikit saja yang nampak di zona permukaan sementara yang lainnya tidak terdeteksi. Hal ini menandakan kasus rill bisa mencapai 2 kali lipat dari apa yang terdata.

“Fenomena ini berarti HIV/AIDS itu memang betul-betul ancaman bagi generasi kita saat ini dan anak cucu di masa depan. Usia produktif dengan rentang usia 15-24 tahun adalah usia yang rentan terkena penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ini,” tutur Kasubbag Humas pada Bagian Humas dan Protokol Setda KLU tersebut.

Baca Juga :  Di Ijinkan Sholat Teraweh Di Masjid.

Berbicara HIV dan AIDS, masih tutur Sarjono, sulit diketahui dan diobati lantaran sulit dicegah dan dideteksi, penyakit yang baru bisa diketahui dalam waktu puluhan tahun. Upaya pencegahan sedini mungkin harus dimulai dari lingkungan keluarga.

“Memastikan anak-anak atau anggota keluarga kita terlebih dahulu atau memastikan mereka jauh dari penyakit masyarakat (pekat),” tegasnya.

Dipaparkan pula diantara sarana penularannya yaitu hubungan seksual di luar nikah atau hubungan seks yang dilarang norma-norma kehidupan. Menghindarinya maka kehidupan sehari-hari perlu diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan masyarakat.

“Pada kesempatan ini, saya imbau seluruh peserta mengikuti sosialisasi ini dengan sungguh-sungguh agar materi yang disampaikan narasumber nanti dapat kita resapi secara seksama. Itulah nanti yang harus diindahkan dan patuhi dalam kehidupan kita sehari-hari,” imbaunya.

Dirinya lantas berharap usai sosialisasi para peserta dapat menjadi pioner atau motor penggerak pencegahan penyakit HIV/AIDS di lingkungan masing-masing.

“Kata orang tua kita dulu benar adanya, yaitu lebih baik mencegah daripada mengobati, lebih baik antisipasi daripada mitigasi, dan lebih baik mitigasi daripada evakuasi. Mari kita wujudkan hidup sehat dan aman untuk masa depan yang lebih sejahtera,” pungkasnya.

Dalam pada itu, narasumber sosialisasi, Sabri, SKM dalam paparan materinya menyebutkan ada 3 penyakit menular, yaitu HIV, TBC, dan kusta. Ketiga penyakit itulah yang menular dan masih ada hingga sekarang.

“HIV ini merupakan virus yang merusak kekebalan tubuh. Selain HIV, Covid-19 termasuk penyakit disebabkan oleh virus. Semua penyakit yang disebabkan oleh virus belum ada obatnya, yang ada itu adalah anti bodi zat kekebalan tubuh,” terangnya.

Menurutnya, sasaran penyakit HIV itu menyerang kekebalan tubuh manusia, sementara AIDS termasuk rentetan dari HIV jika sudah kronis.

Baca Juga :  Tiga Mahasiswa UNW Mataram Raih Prestasi Gemilang

“Virus HIV ini bersarangnya di dalam tubuh, terutama dalam cairan tubuh kita. Ada 4 macam cairan dalam tubuh kita yaitu cairan mani, cairan vagina, darah dan ASI. Dan yang sudah terbukti tempat bersarangnya virus adalah di 4 tempat ini. Dan yang paling berbahaya adalah darah karena kuman itu langsung masuk ke darah,” jelasnya.

Disampaikan pula, HIV tidak serta merta langsung menyerang, tapi 5 sampai 10 tahun baru terdeteksi dampaknya, misalnya studium tiga dengan gejala muncul benjolan-benjolan, sementara stadium empat sudah tidak bisa diobati.

“Penyakit ini disebabkan seks bebas. Sejarahnya pertama masuk di Indonesia pada tahun 1978, ada di Bali dan Jakarta. Di KLU yang sedang melakukan pengobatan ada 32 orang menyebar di semua kecamatan,” tutur Sabri.

Kata dia, di Indonesia sendiri penyakit AIDS paling banyak di Papua dan NTT. HIV penyakit yang eksklusif sehingga penderitanya tidak boleh dipublikasi.

Sabri juga mengingatkan pihak yang seringkali membawa kuman adalah perempuan. Berdasarkan data Dikes KLU rata-rata perempuan. Penularan juga bisa lewat transfusi darah, kontak seksual, dan plasenta.

“Dan yang paling bahaya itu seks lelaki dengan lelaki. Begitu pula air susu ibu dan jarum suntik mengakibatkan penularan. HIV ini beda dengan Covid, karena penularannya berbeda,” tutupnya.

Rangkaian acara berjalan khidmat dan tertib dengan menerapkan prokotol kesehatan Covid-19 dilanjutkan dengan sesi tanya jawab peserta kepada narasumber. (and)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *