Sambangi Gunung Borok, Sarjono Tegaskan Program Desa Harus Beri Maslahat Jangka Panjang
Lombok Utara.Ditaswara.com–Meninjau prospek potensi Desa Sambik Bangkol (Samba), Penjabat Kepala Desa setempat, Sarjono kontinyu turun ke wilayah-wilayah pelosok desa yang dipimpinnya, melalui kegiatan sambung rasa guna menjalin sinergi bersama seluruh lapisan masyarakat sekaligus menggali potensi masing-masing dusun demi mengakselerasi pembangunan desa ke depan. Sebagaimana dilakukannya di Dusun Gunung Borok, Jumat (23/4). Turut mendampingi Sekdes Samba Hadianto, S.Pd, Kaur Perencanaan Raden Suryadi, Kaur Umum Ramdan, Kaur Keuangan Syekh Abdullah, Kasi Pemerintahan Hamzah, A.Md dan sejumlah perangkat kewilayahan.
Rombongan Pj Kades disambut hangat oleh Kadus Gunung Borok Mayadi, anggota BPD perwakilan dusun setempat, pemuka dusun, dan sejumlah jamaah Masjid Nurul Muhajirin. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sholat Jumat bersama.
Menjalin sinergi dalam kegiatan sambung rasa itu menjadi perhatian khusus Pj Kades Samba ini untuk menyerap aspirasi dan masukan dari masyarakat yang ada di tiap dusun, kemudian menentukan fokus program pembangunan agar memiliki daya ungkit dalam mengerek maju sirkulasi pembangunan desa.
Dalam pengantar penerimaan usai sholat Jumat, Kadus Gunung Borok Mayadi memaparkan sejarah singkat terbentuknya dusun setempat. Menurutnya, Dusun Gunung Borok terbentuk pada 2015, pemekaran dari dusun induk Kopong Sebangun. Prakarsa pemekaran, lanjutnya, dimulai sejak 2010 silam.
“Pak Kades, kami mulai mengusulkan pemekaran pada 2010. Prosesnya nyaris memakan waktu lima tahun. Alhamdulillah pada Desember 2015 Dusun Gunung Borok terbentuk. Semenjak itu pula penataan pembangunan di dusun ini mulai ditata hingga sekarang,” kata Mayadi kepada Pj Kades dan rombongan.
Adapun jumlah penduduk Gunung Borok, sambungnya, sebanyak 135 KK dengan 406 jiwa. Sedangkan potensi alam dusun, ungkap Mayadi, adalah perkebunan dan potensi lainnya. Rata-rata profesi masyarakatnya adalah petani dan buruh tani.
“Pegawai di sini hanya dua orang, dan itupun guru ditambah beberapa pegawai honorer. Lalu, kami ada rencana buka jalan yang menghubungkan Gunung Borok dan Dusun Senjajak. Mohon ini bisa dibantu bagaimana caranya agar bisa terealisasi sesuai harapan masyarakat kami,” urainya dihadapan Pj Kades.
Mendengar harapan dan aspirasi masyarakat setempat, Pj Kades Samba Sarjono mengatakan pihaknya akan meninjau terlebih dahulu rencana pembukaan jalan tersebut.
“Kami mau lihat dulu lokasinya. Apakah pembukaan jalan ini mampu memberikan kemaslahatan dalam jangka panjang atau tidak. Ini harus betul-betul kita kaji, agar membangun tidak sia-sia. Sebab pembangunan itu mesti mengutamakan sisi kemanfaatan ke depan. Jadi, tidak ujug-ujug membangun tanpa memikirkan asas manfaatnya. Ini yang utama bapak-bapak dan saudara-saudara,” tandasnya.
Pihaknya mengakui, potensi sumber daya alam Samba luar biasa dan lengkap, mulai panorama alam perkebunan, tanah lapang hingga pantai yang menawan. Namun yang penting, terang Sarjono, bagaimana mengelolanya dengan baik agar memberikan kesejahteraan untuk masyarakat.
“Potensi SDA Samba ini luar biasa, permasalahan kita pada aspek pengelolaannya yang belum tepat, sehingga sampai saat ini belum dapat meningkatkan ekonomi masyarakat kita. Kita butuh terobosan dalam membangun desa kita,” terang Kasubag Humas pada Bagian Humas dan Protokol Setda KLU ini.
Lebih lanjut dikatakan Pj Kades Samba ini, kenapa pembangunan di Samba bergerak lambat, lantaran kebijakan pembangunan desa setempat sebelumnya belum sesuai dengan kebutuhan berdesa. Buntutnya, tidak memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai visi misi desa setempat.
“Saya cermati dan telaah, ternyata persoalan kita selama ini adalah program kebijakan yang dilaksanakan sebelumnya kurang tepat. Kesannya kita belum punya pola pembangunan desa yang betul-betul cocok dengan kebutuhan masyarakat kita,” jelasnya.
Masih dituturkannya, butuh cara tepat dalam mengembangkan suatu model aplikatif mewujudkan Samba yang ‘berkah’ pada masa mendatang agar Samba menjadi desa yang maju dan mandiri.
“Saya yakin dan kita semua mesti yakin, desa kita ini akan maju pada saatnya, salah satu cara kita mewujudkannya dengan membuat merek (brand-red) desa kita. Tentu hal ini mesti berpijak pada basis komunitas secara inklusif,” terangnya lagi.
Masalah lainnya, kebijakan alokasi anggaran desa yang belum mengedepankan skala prioritas pembangunan desa. Selama ini, paparnya, anggaran desa yang jumlahnya miliaran ternyata dibagi perdusun seperti membagi biji kacang. Dampaknya tidak akan pernah terlihat outcome bagi perkembangan desa.
“Kami imbau kedepan tidak boleh lagi ada perangkat kewilayahan mengajukan program pembangunan yang tidak searah dengan kebijakan Pemdes sesuai usulan dalam RKPDes tahunan,” imbau Pj Kades Samba ini.
Ke depan pihak Pemdes, masih kata Sarjono, akan lebih banyak menyentuh bidang pemberdayaan dan pembinaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan Desa Samba.
“Kuncinya sinergi seluruh elemen masyarakat. Karena itu, mari kita bekerja bersama-sama bangun desa kita. Tanpa kerjasama, sepintar apapun orang tidak akan mampu membangun sendirian, apalagi membangun desa,” pungkasnya.(red)