Feature

Mengenal Liwatan Bajur Sungai Persinggahan di Kaki Selatan Gunung Rinjani

-

Penulis : Buati Sarmi

Lombok Timur – Ditaswara.com. Liwatan Bajur adalah sungai yang terletak di kaki selatan gunung Rinjani dan kerap dijadikan sebagai tempat persinggahan para pendaki yang melalui jalur dusun kayu jati Desa Timbanuh, Kabupaten Lombok Timur, NTB.

Sesuai namanya, sungai Liwatan Bajur dalam bahasa Sasak diartikan sebagai sungai yang kerap di lewati dan dijadikan tempat persinggahan oleh masyarakat yang hendak menuju sungai Segara Anak gunung Rinjani dan sekitaran sungai tersebut banyak dikelilingi oleh pohon Bajur. Selain itu, juga kerap dijadikan tempat rekreasi oleh masyarakat sekitar.

Dari Pall perbatasan antara area kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) atau disebut masyarakat sekitar sebagai daerah kontak dan area kawasan tanah milik masyarakat, sungai ini berjarak sekitar satu kilometer.

Meski berada di daerah kawasan hutan TNGR, untuk menuju sungai Liwatan Bajur ini ternyata masih bisa dilalui kendaraan roda dua. Namun akses jalannya bisa dikatakan belum cukup memadai.

Mirayu, salah seorang warga Desa Timbanuh mengatakan bahwasanya sungai Liwatan Bajur ini merupakan sungai persinggahan pertama yang di lalui oleh para pendaki jalur selatan sehingga masyarakat Dusun Kayu Jati sangatlah memperhatikan kebersihannya.

“Pemerintah desa Timbanuh dan pengelola TNGR memperbolehkan kami masyarakat sepuasnya menikmati keindahan alam dikawasan TNGR ini, tetapi dengan syarat harus perduli sampah. Kita boleh kesini membawa apapun itu, tapi tidak boleh meninggalkan sampah sejenis plastik,” Ucapnya, Minggu (21/1).

Disebutnya bahwa masyarakat pun sangat mendukung penuh aturan tersebut. Sehingga Liwatan Bajur di kawasan Kontak Timur tersebut sangatlah asri dengan suara gemercik air sungai yang mengalir dan dikelilingi pohon Bajur tersebut seolah membuai masyarakat untuk berlama-lama disana.

Baca Juga :  Antusias Masyarakat Sambut Hari Kemerdekaan Indonesia

“Liwatan Bajur ini jarang diketahui orang dari daerah luar, paling hanya masyarakat yang mendaki, berburu, dan atau masyarakat kami dari Timbanuh saja kesini makanya tempat ini masih sangat alami sekali,” Demikian Mirayu.(ds2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *